Aku memilih bersel!ngkvh sampai akhirnya kepergok dia saat aku asik berc*mbu dengan lelaki lain. Setelah kami bercerai, mantan suamiku itu justru seorang mulliader
Tolong ceraikan aku, Mas! Atau aku saja yang akan membuat gugatan cerai padamu!" ucapku lantang pada laki-laki yang sudah menjadi suamiku selama lima tahun ini.
"Mayra, perceraian adalah sesuatu yang dib.nci Tuhan. Jangan membicarakan hal yang tak baik," ucap Mas Farhan tenang.
"Aku malu, Mas. Aku ini wanita karir! Sementara kamu ...." Tak ku lanjutkan ucapanku demi menjaga perasaannya.
Jadi, kamu malu karena punya suami pedagang sepertiku, May?" tanya Mas Farhan. la masih berucap lembut tak sedikitpun terlihat kilat kemarahan di matanya "Sudahlah, Mas. Lagi pula, kamu tahu sendiri aku nggak cinta sama kamu!" ○ tegasku. Aku tak perlu lagi menutup-nutupi perasaanku. Aku sudah tak tahan lagi bersamanya. Lima tahun sudah aku membersamai laki-laki itu, namun tampaknya semuanya tak menunjukkan perubahan. Hidup kami hanya seperti ini, tak pernah berubah sedikitpun,
Mas Farhan, kemanapun ia pergi hanya mengendarai sepeda motor butut kesayangannya. la juga hanya bekerja sebagai pedagang buah di pasar,
Aku merasa tidak bahagia meski uwng belanja tak pernah kurang, ○ Entah mengapa kini aku justru mantap untuk meninggalkannya.
Aku seorang sarjana, bekerja sebagai staf ahli keuwngan di sebuah perusahaan besar. Mana mungkin aku bertahan bersuamikan pedagang buah yang hanya tamatan SMA
Jika bukan karena desakan ayahku yang saat itu tengah sakit keras, aku pasti takkan terjebak dalam pernikahan tanpa cinta ini.
Kini, setahun sudah ayah meninggal Aku coba bertahan dalam rumah ini, ) berharap keajaiban cinta datang mengubah perasaanku. Nyatanya, sampai saat ini aku masih tak bisa mencintainya.
Beberapa waktu terakhir, hatiku semakin goyah setiap kali aku berusaha bertahan. Terlebih, kini aku menyadari ada perasaan aneh dalam hatiku pada seseorang,
Daripada aku berselingkvh dan memendam rasa pada laki-laki lain, bukankah sebaiknya ku akhiri saja pernikahan ini?
Tak menghiraukan suami yang sibuk mengurus rumah serta menjaga an4k kami, aku lantas pergi bekerja.
Di saat jam istirahat makan siang, aku sengaja tidak pergi ke kantin karyawan untuk membeli makanan. Karena Andra sudah lebih dulu memesan makanan melalui aplikasi pesan antar dan langsung dikirim ke ruanganku.
"Kamu suka, nggak?"' tanya Andra.
Hmm, enak. Kamu kok tahu sih, seleraku?"
"Pasti, dong! Aku kan penggemar beratmu!" seru Andra. Ucapannya membuat pipiku bersemu merah,
Di atas meja, terdapat beberapa makanan enak. Selain itu, Andra juga memesan pizza serta sekotak donat berbagai macam topping.
"Ini donat buat aku?" tanyaku heran.
"Bukan, buat Rania, dong!"
"Buat Rania?" Aku menautkan kedua alisku. Mengapa perhatiannya justru semakin menjalar pada anakku?
"lya, aku merasa bersalah karena kemarin memaksamu ikut jalan sama teman-teman kantor. Pasti karena itu kamu jadi pulang telat, kan? Rania nggak marah, kan?" ucapnya menjelaskan. Aku menggeleng pelan
"Bawa aja donatnya pulang, Rania pasti suka," imbuhnya.
"Terima kasih, An. Rania pasti senang.
Kemarin aku memang beruntung karena Mas Farhan tak mengatakan apapun pada Rania. Andai saja Mas Farhan mengatakan pada putri kami 3 jika aku akan pulang cepat dan akhirnya terlambat, Rania pasti marah padaku.
○ "Aku suapin, enak, Ioh!" Andra menyodorkan sepotong pizza di depan mulutku. Aku menggeleng, menolak secara halus sikapnya.
"Ayo deh, cobain!"
Merasa tidak enak, aku akhirnya menerima suapan Andra dan menikmati pizza itu dari tangannya.
Entan mengapa, akumerasa sangat <senang dan nyaman setiap kali Andra ada di sampingku. la lelaki penuh perhatian. Selain baik, ia juga tampan.
Penampilan Andra selalu rapi, tubvhnya selalu wangi. Meski ia hidup seorang diri karena jauh dari keluarga, Andra sangat pandai merawat diri.
"Diem dulu, diem dulu!" seru Andra sambil mendekatkan wajahnya di depan wajahku.
"Kenapa?" tanyaku.
Tanpa aba-aba, sebelah tangan Andra terulur mnyentvh wajahku. Jemari tangannya menyenntuh bbrku dan mengvsap sisa soas yang masih tertinggal disana
Aku terdiam mematung, merasakan ) detakjantvngku berdegup begitu cepat. Seluruh tubvhku terasa kaku, kedua mataku bahkan tak berkedip saat tangan itu mngusap wajahku.
"Kamu cantik, May." Andra berucap lirih,
Wajah laki-laki itu semakin mndkat. Tanpa sadar ku pejamkan kedua mataku dengan erat. Tiba tiba suara pintu ruanganku tiba-tiba terbuka.
"Mama!" Suara anak kecil berteriak memanggilku dengan riang. Aku segera mendorong tubuh Andra,
Seketika, Mas Farhan menarik tubv h Rania dan menyembunyikan an4k kami di balik punggungnya
"Rania,"' ucapku pelan
Aku segera bangkit dari sofa meninggalkan Andra. Aku setengah berlari menghampiri Mas Farhan dan Rania yang masih berdiri mematung di ambang pintu.
"Kita pergi sekarang, Sayang. Mama sedang sibuk," ucap Mas Farhan pada Rania sambil menggendongnya berjalan keluar.
Aku mengejar mereka hingga keduanya berhenti di depan lift.
"Mas!" seruku.
Mas Farhan berbalik, menatapku tanpa ekspresi. Apa dia sudah melihat apa yang ku lakukan di ruangan itu bersama Andra?
"Kenapa kamu bawa Rania kesini, sih! Aku kan udah pernah bilang, jangan pernah datang ke tempat kerjaku! Malu-maluin aja" ucapku kesal.
"Dan, apa kamu nggak punya pakaian yang lebih bagus? Kenapa pakai baju seperti ini, sih, Mas! Aku malu, tahu! Teman-temanku pasti udah lihat kamu, kan?"
"Mama,"' ucap Rania dengan wajah sedih. Kedua matanya berkaca-kaca.
Aku udah berusaha menolak, tapi Rania nangis. Dia minta beli kue ulang tahun, dan mengajakmu ikut tiup lilin bersama," jelas Mas Farhan. Ku lihat tangan laki-laki itu menenteng paper ) bag berukuran sedang. Dari atas, nampak sebuah kue kecil terbungkus kardus dengan mika transparan di atasnya.
Seketika tubv hku terasa lemas. Ini hari ulang tahun an4kku? Bagaimana aku bisa lupa?
"Tapi, kan, bisa nunggu aku pulang, Mas!" ucapku tak mau kalah,
"Apa aku tega membiarkan an4k kita menangis hanya karena ingin bertemu ibunya? Lagi pula kamu nggak ingat, kan, May! Kamujuga nggak pernah pulang cepat
Kamu selalu pulang setiap Rania sudah tidur malam. Bagaimana bisa dia menunggumā¸?
Aku tak pernah mendengar Mas Farhan mengatakan hal-hal yang meny4 kiti ) perasaanku. Tapi kalini, mengapa kata-katanya begitu meny**at hati?
"Tapi kamu kan bisa telepon aku lebih dulu! Atau paling nggak, kirim pesan, lah!"'
"Coba lihat ponselmu,"' ujar Mas Farhan,
Aku menarik napas dalam-dalam, kali ini aku tak bisa mengelak. Karena terlalu sibuk mengobrol dan menikmati makan siang bersama Andra, aku bahkan tak melihat ponselku sama sekali
Kamu selalu pulang setiap Rania sudah tidur malam. Bagaimana bisa dia menunggumā¸?
Aku tak pernah mendengar Mas Farhan mengatakan hal-hal yang meny4 kiti ) perasaanku. Tapi kalini, mengapa kata-katanya begitu meny**at hati?
"Tapi kamu kan bisa telepon aku lebih dulu! Atau paling nggak, kirim pesan, lah!"'
"Coba lihat ponselmu,"' ujar Mas Farhan,
Aku menarik napas dalam-dalam, kali ini aku tak bisa mengelak. Karena terlalu sibuk mengobrol dan menikmati makan siang bersama Andra, aku bahkan tak melihat ponselku sama sekali
Terlebih, ponsel itu dalam keadaan senyap sejak akhir meeting tadi pagi.
"Kenapa? Apa kamu terlalu sibuk berduaan dengan teman lelakimu sampai kamu lupa segalanya?" tanya Mas Farhan. Wajahnya datar, menatapku dengan tatapan ta**m
Sementara itu, Rania memeluv tubbh ayahnya sambil menyembunyikan wajahnya di depan dda Mas Farhan.
"Mas! Jaga bicaramu!"
NANTIKAN CERITA SELANJUTNYA
BERSAMBUNG.....
Tidak ada komentar